Cirebon merupakan salah satu kota tempat tersebarnya bangunan bersejarah, dan salah satu bangunan bersejerah itu adalah Keraton Kanoman. Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Badridin pada tahun 1678 M. Keraton Kanoman memiliki luas tanah kurang lebih sekitar 6 hektare. Keraton Kanoman memiliki lokasi di belakang Pasar Kanoman. Di keraton ini ditinggali oleh sultan ke dua belas, yaitu Sultan Raja Muhammad Emirudin beserta keluarganya. Saat pertama mengunjungi Keraton Kanoman, maka pengunjung akan disuguhi oleh patung berbentuk macan putih yang berciri khas bagi Keraton Kanoman itu sendiri. Di Keraton Kanoman terdapat banyak peninggalan bersejarah seperti sumur, cendera mata, barang-barang milik sultan, serta bangunan yang masih asli maupun yang sudah di renovasi sebagian. Pada pembahasan ini, saya akan membahas salah satu peninggalan bersejarah yang terdapat di Keraton Kanoman, yaitu ruangan. Terdapat banyak ruangan yang ada di Keraton Kanoman, salah satunya yaitu ruangan Purbayaksa. Ketika pengunjung ingin mengunjungi ruangan Purbayaksa maka pengunjung akan melewati beberapa ruangan dan peninggalan yang terdapat di dalam Keraton ini seperti ruangan Semirang dan Langgar, serta peninggalan cendera mata dari Jenderal Raffles ( dari Inggris ), yaitu Lonceng Gajah Mungkur. Kemudian ketika pengunjung ingin memasuki ruangan Purbayaksa, pengunjung disuguhkan oleh 2 pilihan pintu masuk, pertama bisa melewati ruangan Jinem (ruang tamu) dan pintu pendopo jinem yang letaknya di depan Purbayaksa, maupun pintu samping di seberang ruangan Keputren. Namun biasanya pengunjung melewati pintu Jinem.
Ruangan Purbayaksa ini di bangun oleh sultan yang pertama yaitu Sultan Badridin atau biasa disebut Sultan Badaruddin. Purbayaksa didirikan pada tahun 1588 M. Di dalam ruangan Purbayaksa ini terdapat bendera, bendera tersebut berwarna hijau dan kuning. Bendera berwarna hijau dan kuning ini menjadi ciri khas kesultanan, khususnya bagi kesultanan Islam. Letak bendera ini menyatu dengan Mande Mastaka. Mande Mastaka merupakan salah satu peninggalan yang terdapat di dalam ruangan Purbayaksa. Mande Mastaka ini digunakan sebagai tempat singgasananya sultan. Selain Mande Mastaka, terdapat peninggalan lain yaitu keranda. Keranda ini digunakan sebagai tempat untuk disemayamkannya sultan sebelum dimakamkan di Sunan Gunung Jati. Kemudian terdapat karang di dalam ruangan ini, jika dalam Bahasa Cirebon disebutnya Wadas (karang), karang ini berasal dari pantai selatan yang memiliki motif batik Cirebon, yaitu Batik Mega Mendung. Kemudian terdapat peninggalan dari Pangeran Cakrabuana juga yaitu Bale. Umur Bale ini lebih tua di banding umur keratonnya sendiri. Di Bale ini yang paling membuat ciri khas adalah ukirannya.
Semua bangunan yang terdapat di dalam ruangan Purbayaksa masih asli. Kayu-kayu semua yang ada disini juga masih asli. Kayu yang berada di dalam ruangan Purbayaksa sama seperti kayu di ruangan lainnya, kayu tersebut terbuat dari kayu jati. Kemudian di dinding tembok bagian Mande Mastaka yang masih di dalam ruangan Purbayaksa terdapat keramik peninggalan dari China dan Belanda yang sudah sangat tua.
Walaupun ruangan Purbayaksa sudah sangat tua, namun kebersihan dan kerapiannya masih sangat terawat. Bangunan ruangan ini pun masih kuat dan terlihat sangat kokoh. Peralatan dan peninggalan bersejarahnya pun tertata dengan rapi. Design dan tata letak yang dibuat pun sangat menarik. Ruangannya pun cukup luas. Walaupun di ruangan seluas ini minim fentilasi namun pencahayaan lampunya cukup membuat ruangan ini menjadi terang. Di dalam ruangan ini pun terasa sangat sejuk, sehingga pengunjung akan terasa sangat nyaman ketika mengunjungi ruangan ini.
0 komentar:
Posting Komentar