Di Bangsal Jinem Keraton Kanoman Cirebon ada dua lampu gantung antik menempel pada langit-langit ruangan. Saya tidak menemukan ornamen yang menonjol dan indah pada bangsal ini, dan tidak pula terlihat adanya piring keramik menempel pada dinding bangsal. Bangsal yang agak terlalu sepi menurut saya. Masuk ke museum kami melihat Kereta Jempana dengan ornamen mega mendung dan merupakan salah satu koleksi terpenting Keraton Kanoman Cirebon yang masih asli.
Kereta Jempana dibuat pada tahun Saka 1350 atau 1428 M atas prakarsa Pangeran Losari dan digunakan permaisuri. Kereta yang terbuat dari kayu sawo ini dulu ditarik enam ekor kuda. Juga ada koleksi meriam-meriam kecil, dan deretan peralatan debus Banten yang terlihat kusam. Ada rasa sedih ketika melihat kondisi terlantar benda-benda koleksi museum Keraton Kanoman Cirebon ini. Pengabaian benda peninggalan bersejarah semacam ini, pada akhirnya bisa membuat sebuah kota kehilangan akar budaya dan jati dirinya.
Kereta lainnya adalah Kereta Paksi Naga Liman yang merupakan Kereta kebesaran Sunan Gunung Jati dan para Sultan Cirebon yang juga dibuat pada tahun 1350 Saka atau 1428 M, dan juga atas prakarsa Pangeran Losari. Kereta Paksi Naga Liman menggabungkan bentuk paksi (burung), naga, dan liman (gajah) yang pada belalainya memegang sebuah senjata trisula ganda.
Keistimewaan Kereta Paksi Naga Liman yang disimpan di Keraton Kanoman Cirebon ini ada pada bagian sayapnya yang bisa mengepak saat kereta sedang berjalan, serta jejari cekung rodanya yang berguna sebagai pelindung agar kotoran tidak menciprati penumpangnya. Ada pula koleksi sejumlah gentong keramik antik dan seperangkat gamelan tua.
Kami kemudian berjalan ke area belakang Keraton Kanoman Cirebon, dengan melewati tempat tinggal keluarga sultan. Pada ujung kanan ada bangunan Witana, yaitu bangunan keraton Cirebon yang paling awal didirikan, sebelum dibangunnya Keraton Kasepuhan. Pintu gerbang Keraton Kanoman kabarnya dibuka pada saat acara Gerebeg Syawal.
Keraton Kanoman Cirebon didirikan pada 1510 Saka atau 1588 M oleh Pangeran Muhammad Badridin Kartawijaya, Sultan Kanoman I, yang merupakan keturunan ke-VII sunan gunung jati. Semoga ketika berkunjung, kondisi keraton dan benda bersejarah yang disimpan di museumnya telah jauh lebih baik dan terawat dibanding ketika saya berkunjung.
Bisa dipahami bahwa merawat dan menjaga benda tua tidaklah mudah, dan tidak pula murah. Karenanya bisa dipahami bahwa di belahan dunia lain yang telah maju, orang harus membayar harga yang cukup mahal untuk masuk ke dalam museum, meski masih juga menerima subsidi dari pemerintah setempat. Begitu pun ada banyak museum yang harus berjuang untuk tetap hidup.
0 komentar:
Posting Komentar